Bapak “Gizi Indonesia”

Negara Indonesia mengenal dengan semboyan empat sehat lima sempurna sebagai jargon gizi nasional yang dapat dengan mudah kita ketahui dari  media massa atau media sosial. Ini dicetuskan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas gizi orang Indonesia dan banyak di sosialisasikan di dunia pendidikan.  Namun belum banyak  yang mengetahui siapa pencetus gagasan dari jargon tersebut yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan negara Indonesia. Terutama masa peralihan dari penjajahan sampai kemerdekaan Indonesia.

Semboyan “Empat Sehat Lima Sempurna” itu dicetuskan oleh (alm) Prof. Dr. Poorwo Soedarmo yang sekaligus juga Bapak Gizi Indonesia. Lahir di Malang pada tanggal 20 Februari 1904, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Kedokteran STOVIA 23 tahun kemudian dan mendapat ijazah dokter di zaman Jepang dari Ida Gaigako. Selama pendudukan Jepang, beliau tinggal di Banten, Jakarta Barat. Ia bekerja sebagai kepala pelayanan medis hingga tahun 1948. Kemudian beliau dikeluarkan pada masa-masa kemerdekaan Indonesia dan pergi sebagai dokter kapal “Polodarus”. Beliau berlayar ke Belanda selama 6 bulan, kemudian menuju London pada tahun 1949. Di London lah ketertarikan Prof. Dr. Poorwo Soedarmo terhadap bidang nutrisi mulai muncul. Di London School of Hygiene and Tropical Medicine, beliau melakukan studi tentang malaria dan peran DDT untuk mengontrol malaria bersama Prof. McDonald. Dan pada saat itu pula beliau menunjukan ketertarikannya dalam bidang nutrisi bersama Profesor Platt. Pada tahun 1950, beliau memperdalam ilmu gizinya di Institute of Nutrtition, Manila.

Setelah itu ia kembali ke Indonesia untuk dapat mengabdikan ilmu dan pengetahuannya kepada bangsa sendiri. Ini ditindak lanjutinya dengan mendirikan  Akademi Ahli Diit dan Nutrisionis, yang kemudian menjadi Akademi Gizi, dengan bantuan ahli gizi Belanda. Pasca itu ia dipanggil oleh menteri kesehatan pertama Indonesia, yaitu Dr. J.Leimena untuk mengepalai Lembaga Makanan Rakyat (LMR) dari tahun 1950–1958. Selanjuntya ia diberikan beberapa tugas pokok yang harus segera dijalankan antara lain:

  1. Melakukan penelitian makanan rakyat,
  2. Membuat pemerintah, dokter-dokter dan masyarakat “nutrition minded”,
  3. Perbaikan pelayanan makanan di rumah sakit,
  4. Mendidik para dokter untuk mempelajari “dieet” yang “up to date” dalam diagnose dan terapi ,
  5. Mengembangkan ilmu dan pelayanan “dietetik” di RS,
  6. Mendidik tenaga dan kader dibidang nutrition, dan
  7. Mendorong pemerintah agar menyususn Kebijakan Pangan (“Food Policy”) dalam penyediaan pangan rakyat. (Poorwo Soedarmo, 1995, Gizi dan Saya, FKUI Jakarta, hal 36)
See also  Kulit Singkong menjadi Pemadam Api kelas Dunia! by Hartalaksono

Alasannya pada waktu itu keadan gizi dan makanan rakyat Indonesia belum baik, sehingga akan berdampak terhadap kualitas manusianya. Oleh sebab itu menteri kesehatan memberikan amanat yang tegas untuk dapat membantu rakyat dengan perbaikan gizi. Namun dalam perjalanannya Poorwo berfokus terhadap dua bidang yang menurutnya sangat mendesak untuk segera dilaksanakan. yaitu penelitian gizi, melanjutkan apa yang sudah dan sedang dilakukan oleh para ahli Belanda; dan mendidik kader atau tenaga ahli dalam berbagai tingkatan.

Keputusan ini diambil karena dua hal tersebut sangat mendesak untuk dapat dilakukan yang berakibat mampu mempercepat pembangunan manusia Indonesia yang lebih baik. karena pada waktu itu dalam masa trasisi dari jaman penjajahan ke-kemerdekaan masih sedikit tenaga ahli kesehatan dan gizi yang ada di masyarakat. Hal ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Oleh sebab itu Poorwo mengambil keputusan yang mana lebih diprioritaskan dari pada yang lain.

Seolah tidak ingin berhenti belajar Poorwo pada tahun pada tahun 1954–1955, beliau memperdalam ilmunya di School of Public Health and Nutrition, Harvard University. Ditambah lagi ia juga orang Indonesia pertama yang memperkenalkan tentang ilmu homo ecomic atau pada waktu sekarang lebih dikenal dengan ilmu kesehatan Kesejahteraan Keluarga. Pada tahun 1958, ia menjadi guru besar kesehatan gizi pertama dan membuka jurusan gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selanjutnya dari berbagai prestasi yang telah ia capai dalam dunia keshatan Indonesia, telah mengantarkannya mendapat beberapa penghargaan dari pemerintah. Misalnya saja Bintang Mahaputra Utama pada tahun 1992 atas jasanya mengembangkan gizi, dan piagam penghargaan Ksatria Bakti Husada Kelas I pada tahun 1993. Ini bukti dari pengabdiannya terhadap Indonesia yang telah banyak menorehkan tinta emas. Namun pada Pada tanggal 13 Maret 2003 hari Kamis, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 99 tahun pukul 17.45 dan dikebumikan pada hari Jumat pukul 13.30 di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, dengan inspektur upacara Menteri Kesehatan saat itu, Achmad Sujudi. (liputan6, kfindonesia)

See also  Penemu Teknik Kromatografi Tercepat Di Dunia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.